DATAPOST.ID PADANG LAWAS – Suasana haru menyelimuti ruang guru Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Padang Lawas (Palas).

Disana, ada seorang guru bernama Erli Yanti, S.Pd., yang telah mengabdi lebih dari dua dekade, terlihat tak kuasa menahan air mata.

Erli Yanti asal kelahiran Padangsidimpuan sudah 22 tahun mengabdi sebagai guru honorer di MAN 3 Palas. Ia tinggal di rumah kontrakan di Marenu Padang Lawas tidak jauh dari tempatnya mengajar.

Suara langkah kaki yang tergesa di jalan tanah (tidak beraspal) Marenu di Kabupaten Padang Lawas, menjadi pertanda bahwa Erli Yanti sudah bersiap memulai aktivitasnya untuk mengajar.

Terkadang, jika Erli Yanti pulang ke kampung halamannya di Kota Padangsidimpuan setiap sebulan sekali, Ia akan naik bus dalam perjalanan menuju Padang Lawas (Marenu) dengan menempuh jarak 139 kilometer. Dahulu sebelum transformasi, MAN 3 Padang Lawas itu bernama MAN Marenu

“Bukan Karena Gaji Yang Besar Ataupun Kecil, Tapi Karena Cinta Pada Profesi Dan Harapan Untuk Masa Depan Anak-anak Di Pedalaman”

Erli Yanti mengatakan, tangannya gemetaran saat pertama kali menerima SK Kelulusan PPPK 2024. Setelah 22 tahun mengabdi dengan gaji Rp130.000, perjuangannya akhirnya membuahkan hasil.

Baca Juga :  Dukung Pendidikan Anak Usia Dini, DPD Gerindra Sumut Kunjungi Yayasan Salam Al Rifal

“Ya Allah, akhirnya dikabulkan juga. Ini penantian panjang”, ucap Erli bersyukur.

Sejak tahun 2002, Erli Yanti telah mengabdikan hidupnya di dunia pendidikan. Setiap pagi ia menempuh perjalanan dari kontrakan ke Madrasah dengan jalan kaki, mengenakan seragam sederhana dan senyum tulus.

Tak pernah ia mengeluh, meski penghasilan sebagai guru honorer sangat jauh dari kata cukup, ia dikenal sebagai sosok yang sabar, sederhana, dan penuh dedikasi. Tak pernah sekalipun ia meninggalkan kewajibannya, meski selama bertahun-tahun gajinya bahkan tak cukup untuk membeli beras satu karung.

“Dulu waktu awal-awal, gaji saya cuma Rp 130 ribu. Saya pulang ke Padangsidimpuan 1 kali dalam sebulan, ongkos pulang 15 ribu dari simpang Marenu ke Padangsidimpuan, tapi saya tetap datang ke Madrasah, karena mengajar sudah jadi panggilan hati”, tuturnya mengenang.

Baca Juga :  Bawa Pulang Dua Medali Ajang KPMN 2024, Kabid Penmad Kemenagsu: Bukti Kualitas Pembinaan, Komitmen dan Dedikasi Peserta

Banyak yang bertanya mengapa ia tetap bertahan. Tapi bagi Erli Yanti mengajar adalah bentuk pengabdian yang tak bisa diukur dengan materi. Ia mengajar dengan hati, membimbing siswa tidak hanya dalam pelajaran, tapi juga dalam nilai-nilai akhlak dan kehidupan.

“Anak-anak di sini adalah semangat saya. Melihat mereka berhasil adalah keinginan dan kebahagiaan terbesar”, imbuhnya.

Meski berkali-kali mengikuti seleksi pengangkatan guru, nasib baik belum berpihak. Namun ia tak pernah menyerah. Pada tahun 2024 menjadi titik balik dalam hidupnya. Setelah mengikuti seleksi PPPK dengan tekun dan doa yang tak putus, akhirnya namanya dinyatakan lulus.

Kabar itu segera menyebar di lingkungan Madrasah. Para siswa dan guru menyambutnya dengan sukacita. Banyak yang terharu, sebab mereka tahu betapa panjang perjuangan Bu Erli selama ini.

Baca Juga :  Sambut HUT Kemenkumham RI Ke-79, Lapas Kelas IIA Pancur Batu Bagikan Paket Sembako Kepada Warga Sekitar

Kepala MAN 3 Padang Lawas. Hj. Nuraini, S.Ag., M.A, turut memberikan apresiasi atas perjuangan Erli Yanti. “Beliau adalah contoh nyata guru sejati. Loyalitas dan ketekunannya luar biasa. Kami sangat bersyukur beliau akhirnya mendapat pengakuan yang layak”, ungkap Hj. Nuraini.

Kini, dengan SK PPPK di tangan, Erli Yanti merasa kehidupannya jauh lebih tenang. Ia tak lagi dihantui ketidakpastian status dan bisa lebih fokus mengajar tanpa beban berat soal ekonomi.

“Bukan soal statusnya, tapi soal keadilan bagi guru-guru honorer seperti saya. Saya harap, masih banyak teman seperjuangan yang akan menyusul”, tutupnya dengan senyum penuh haru. (Andas)

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News