DATAPOST.ID – “PERUMPAAN orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi di antara mereka adalah ibarat satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya).”(HR Muslim No. 4685)

Hadis agung ini bukan sekadar tuntunan spiritual. Ia adalah doktrin peradaban, instruksi langsung dari Rasulullah ﷺ tentang bagaimana umat Islam merespons penderitaan saudaranya. Maka saat ini, ketika Iran — satu-satunya negara yang berdiri berani menantang dominasi Zionis — dihantam rudal dan tekanan global, di mana empati kita?

Jika tubuh umat Islam benar-benar hidup, ia pasti sedang gelisah dan panas menyaksikan saudara mereka di Iran dibantai, diboikot, dan dijadikan sasaran kekuatan global yang selama ini juga membungkam Palestina. Namun yang terjadi justru sebaliknya: sebagian umat justru ikut menyalakan bara sektarian, membakar energi ukhuwah, lalu menyalahkan Iran hanya karena perbedaan mazhab.

Baca Juga :  Alimudin Ajak Semua Pihak Kawal Pelaksanaan Perda Pengendalian dan Pengawasan Peredaran Minuman Beralkohol.

Ini tanda bahwa tubuh umat sedang sekarat. Ia tidak merasakan sakitnya lagi. Ia lumpuh.

Iran Bukan Sekadar Negara

Iran bukan sekadar entitas politik. Ia menjadi representasi perlawanan terhadap hegemoni Zionis dan sekutunya. Ia berdiri di barisan terdepan membela Palestina — bukan dengan resolusi PBB, tapi dengan misil dan nyawa. Maka saat Iran diserang, itu adalah serangan terhadap simbol keberanian Islam.

Lalu bagaimana dengan negara-negara Islam lainnya? Kebanyakan diam, sebagian berbisik di balik meja, sebagian lagi justru menjilat luka musuh dengan menyalahkan korban. Ini bukan tubuh yang sehat, ini adalah mayat kolektif yang tidak lagi bisa merasakan perih saudaranya.

Bersihkan Hati, Bangkitkan Kesadaran

Baca Juga :  Irwan Daulay : Sengkarut PETI Bentuk Kegagalan Pemerintah Mengurus Rakyatnya

Hadis Rasulullah ﷺ tidak pernah kehilangan relevansi. Ia adalah alarm hati nurani umat. Jika hari ini kita tidak ikut bangkit membela yang tertindas, maka esok lusa kita akan ditindas dan tidak ada yang peduli. Umat yang tidak bersatu karena dibutakan fanatisme sektarian akan menjadi mangsa empuk kekuatan imperial global.

Saatnya kita jujur kepada diri sendiri:
Apakah kita bagian dari tubuh itu?
Apakah kita ikut panas dan terjaga melihat Iran disakiti?
Atau kita sudah mati rasa dan mati iman?. (*)