SERGAI II Datapost.id – Keberadaan Kapal Pukat Trawl yang masih bebas beroperasi di Laut Serdang Bedagai (Sergei),Sumatera Utara (Sumut), diperkirakan hanya berjarak 1-2 mil dari bibir Pantai di Kabupaten Sergai. Pukat Trawl tersebut diperkirakan menimbulkan keresahan dan penolakan keras dari nelayan tradisional di Sergai.
Keluhan para nelayan ini langsung mendapat tanggapan dari Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Serdang Bedagai Muhammad Holiluddin dan wartawan media nasional seperti Kompas TV, Tempo.com, detik.com dan Kumparan.com
Masalah Pukat Trawl ini pun menjadi pembahasan utama dalam diskusi yang berlangsung di Kantor Sekretariat SMSI Sergai di Desa Firdaus,Kecamatan Sei Rampah, Sabtu-Minggu (19-20/8/2023).
Dihadapan wartawan, Ketua HNSI Kabupaten Serdang Bedagai Muhammad Holiluddin mengatakan laut Kabupaten Serdang Bedagai ini adalah tempat bertelurnya banyak ikan dan menjadi salah satu lumbungnya ikan di perairan Selat Malaka, maka hasil lautnya melimpah sehingga banyak nelayan dari luar Sergai mencari ikan di perairan wilayah Sergai.
“Kita sering dengar Teri Medan atau dikenal Teri Nasi. Teri Nasi ini bisa diperoleh dari wilayah Laut Kabupaten Serdang Bedagai. Begitulah kekayaan hasil laut Sergai. Teri itulah yang sering menjadi oleh-oleh kesukaan para pejabat Pusat ketika berkunjung ke Kota Medan. Teri tersebut kalau didapatkan diluar wilayah perairan laut Sergai ukuran beda dan cita rasa terinya juga beda,” kata Holil.
Dijelaskannya, Pukat Trawl yang digunakan Kapal Besar untuk mencari ikan itu tidak ramah lingkungan dan bisa merusak Terumbu Karang dan memusnahkan anak-anak ikan. Sehingga berdampak juga terhadap hasil tangkapan nelayan tradisional di Sergai, tentunya menjadi berkurang. Ujarnya.
Ketika ditanya Pukat Trawl itu apakah berasal dari nelayan Kabupaten Serdang Bedagai, Holil menjawab bahwa para nelayan di Kabupaten Serdang Bedagai tidak ada yang mencari ikan dengan Pukat Trawl, nelayan yang menggunakan Pukal Trawl berasal dari Belawan, Batubara dan Tanjung Balai.
Dengan intonasi lemah lembut, ia mengungkapkan, Pukat Trawl adalah permasalahan serius yang tidak kunjung selesai di wilayah Laut pesisir Kabupaten Serdang Bedagai. Pukat Trawl ini bisa diibaratkan penjajah yang jelas dilarang, namun masih saja bebas beroperasi.
Dengan terlaksananya diskusi ini, ia berharap Pukat Trawl ini dapat dibasmi dengan melibatkan peran media dan didukung oleh Pemerintah Pusat dan Propinsi Sumut.
Tentunya kata Holiluddin, saya mengucapkan terimakasih kepada Ketua SMSI Sergai Bang Zuhari yang telah memfasilitasi tempat dan mengundang saya untuk berdiskusi tentang Pukat Trawl dengan menghadirkan rekan wartawan media nasional di Kantor SMSI Sergai. Semoga Pukat Trawl bisa ditindak dan diberikan sanksi tegas oleh pihak berkompeten dengan menindaklanjuti aspirasi juga keluhan para nelayan tradisional ini.
Pasalnya, para nelayan tradisional kondisi perekonomiannya sangat memperhatikan. Ucapnya.
Wartawan Media online nasional Mei Leandha menyambut hangat dan merasa terpanggil untuk memperjuangkan aspirasi para nelayan tradisional, sehingga membuat ia dan rekan-rekan berkunjung ke Sergai. Ia bersama rekan wartawan lainnya hanya bisa membantu dari segi publikasi dan sangat diharapkan masalah ini segera dapat solusi sehingga Pukat Trawl tidak lagi beroperasi di zona yang dilarang. Tegas Mei. (Red)