Mandailing Natal || datapost.id – SUDAH JATUH KETIMPA TANGGA. Seperti kisah pilu yang menyayat hati kembali menyeruak ke permukaan, kali ini muncul dari pasangan suami istri (Pasutri) miskin asal Desa Magalombang, Kecamatan Lembah Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara.
Dimana pasangan Udin Nasution (57) dan istrinya Siti Khodijah Lubis (54) yang hidup dibawah garis kemiskinan ini harus menanggung beban hidup yang cukup berat.
“Bagaimana tidak. Setelah sang istri menderita penyakit stroke, kini anak perempuannya terpaksa tinggal bersama mereka karena stres pasca melahirkan.
Anak perempuannya, bernama Armila (21) yang terus menerus menjerit, cakap cakap sendirian, tertawa dan menangis. Sementara istrinya Siti Khodijah meringis kesakitan dan hanya bisa berbaring di rumah yang cukup sederhana ini”.
Dengan kondisi ekonomi yang morat-marit, Kakek Udin yang menjadi tulang punggung keluarga tak bisa berbuat apa-apa, lantaran usianya yang sudah renta hanya bisa sebatas menjaga anak dan istrinya.
Keuangan Kakek Udin pun terkendala untuk membiayai pengobatan anak dan istrinya. Jangankan untuk biaya berobat, untuk makan saja hanya bisa bergantung hidup dari pemberian warga setempat.
“Anakku Armila Stres pasca melahirkan sejak 5 bulan lalu, dan kini istri juga menderita stroke, mau berobat bingung, untuk makan saja kami hanya bisa bergantung dari pemberian tetangga,” kata Kakek Udin kepada wartawan sembari mengusap pipinya yang basah dengan air mata, Sabtu (11/11/2023).
Diketahui, Kakek Udin merupakan seorang petani. Ia bersama istrinya Siti Khodijah Lubis dan anak bungsunya yang sudah menikah terpaksa tinggal bersamanya kembali, karena tidak ada yang merawat sejak Armila diduga mengalami depresi dan stres pasca melahirkan.
“Usai melahirkan, dua minggu kemudian Armila mengalami depresi dan sejak itulah ia tinggal bersama kami, sementara anak Armila cucu saya tinggal dan dirawat oleh ayahnya,” ungkap Kakek Udin.
Diceritakannya, suami dari anak bungsunya itu hanya seorang sopir angkot yang penghasilannya tidak bisa diharapkan untuk bisa menafkahi dan membiayai pengobatan anaknya Armila.
“Suami Armila seorang sopir angkot jurusan Siabu – Panyabungan, yang mungkin penghasilannya tak seberapa, dia (suami Armila,red) jarang memberikan nafkah dan menjeguk anak saya,” cetus Kakek Udin.
Saat ditanya apa yang menyebabkan Armila anak bungsunya mengalami depresi maupun stres.
Kakek Udin mengatakan, awalnya seminggu sebelum melahirkan Armila kebingungan darimana bisa mendapatkan uang untuk biaya persalinan ketika saat melahirkan nantinya.
“Bulan tiba mau melahirkan, Armila tak punya uang untuk biaya persalinan,” ungkapnya.
Dikatakan Kakek Udin lagi, sebelumnya kami dari pihak keluarga sudah berupaya menenangkan dan menyakinkan akan turut membantu, BPJS sudah ada, akan tetapi karena ekonomi keluarga yang tidak memungkinkan kami tidak bisa memenuhi semua biaya persalinan yang ia inginkan.
“BPJS Armila memang ada, meski ada namun hingga kini kami masih terhutang biaya persalinan sebanyak Rp900 ribu. Inilah penyebab awal sehingga Armila mengalami depresi dan stres seperti ini,” jelas Kakek Udin.
Saat ini, Kakek Udin bingung dan tak tau harus berbuat apa untuk bisa merawat dan mengobati penyakit serta memberi makan anak dan istrinya. Meski usianya sudah senja, Kakek Udin Nasution terus bergelut dengan keadaan serta pilunya perjalanan hidup yang mereka alami. (Has/SL).