Mandailing Natal || datapost.id – Sungguh malang nasib seorang remaja (Anak Yatim) bernama Imam Ashari Hasibuan (17) harus menahan derita dan berjuang dengan rasa sakit yang dialaminya selama kurang lebih tiga bulan terakhir.
Imam Ashari Hasibuan merupakan anak kedua dari Ibu Marni Dalimunthe yang dicerai mati suaminya, tinggal di Desa Pidoli Lombang, Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal ini meringis kesakitan.
Diketahui, Imam Ashari Hasibuan sudah mengidap penyakit gagal Ginjal selama 3 bulan lebih, orang tuanya sudah mencoba membawa Imam berobat ke bidan, klinik dan rumah sakit umum daerah Panyabungan, namun belum juga mendapat kesembuhan.
Marni pun menceritakan, setelah keluar hasil diagnosa penyakit Imam di Rumah Sakit Umum Panyabungan, dokter pun menyarankan untuk di rujuk ke Rumah Sakit Umum Adam Malik Medan, namun karena ketidakmampuan biaya berobat pihak keluarga tidak bisa berbuat apa-apa hingga kini.
“Saat ini upaya pengobatan hanya mengandalkan lewat orang pintar. Sebab, saya ibunya tidak punya biaya untuk membawa Imam berobat ke RSUP Adam Malik, saya bingung,” ucap Marni dengan deraian air mata.
Saat ini, sambung Marni, jangankan untuk membawa Imam berobat ke Kota Medan, untuk menutupi kebutuhan makan sehari-hari untuk keempat anaknya dirinya juga kebingungan dapat dari mana.
“Saya hanya pedagang kerupuk sambal buatan sendiri dirumah, pendapatan bersih setiap minggu hanya Rp 150.000. Akibat ekonomi keluarga yang pas-pasan, adeknya Imam kini juga sudah putus sekolah, pasrah, saya tidak tau harus bagaimana lagi,” ungkap ibu yang mengasuh dua anak yatim ini lagi.
Imam Ashari Hasibuan menyampaikan, dirinya menaruh harapan kepada para dermawan dan juga pemerintah serta orang-orang baik di Madina dapat membantu biaya pengobatan penyakit yang dideritanya.
“Derita yang saya alami kini mual, kepala pusing, mata kabur, pinggang terasa sakit, perut dan kaki membengkak. Akibat penyakit ini, saya sudah dua bulan lebih tidak bisa mengikuti mata pelajaran di pesantren, mohon kami dibantu,” ujar Imam Ashari santri kelas 6 Pesantren Mustafawiyah Purba Baru. (Has/Sulfanlbs)